Selayaknya, Bhin-Bhin Atung dan Kaka benar-benar menjadi maskot persatuan negeri ini, negeri yang tak pernah henti mencela satu dan yang lain.
Semua berbeda pasca negeri ini menjadi tuan rumah Asian Games.
Bhin-Bhin, Atung dan Kaka tak hanya berhasil menjadi maskot. Mereka berhasil mematahkan hati ribuan orang yang pernah lupa bahwa Indonesia itu satu, tergabung dalam semangat sebuah acara. Mereka berhasil mematahkan hati orang tua yang ingin membahagiakan anak mereka dengan kenangan yang mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup mereka. Mereka pun berhasil, mematahkan hati anak-anak kecil yang termotivasi olahraga dari mereka.
Setelah Si Unyil, menurut saya, Bhin-Bhin Atung dan Kaka berhasil jadi karakter yang memiliki filosofi asli Indonesia. Tidak adanya lagi kartun atau cerita yang benar-benar layak untuk anak saat ini. Bhin-Bhin, Atung dan Kaka juga menunjukkan bahwa desainer grafis Indonesia mampu menciptakan sebuah maskot yang ngena di masyarakat. Maskot ini mampu menularkan semangat dan cerita tersendiri untuk anak-anak.
Semua berbeda pasca negeri ini menjadi tuan rumah Asian Games.
_____
Bhin-Bhin, Atung, Kaka dan Kakak Pembina :p |
Pesta olahraga terbesar se-Asia telah usai, setelah 56 tahun penantian untuk menjadi tuan rumah kembali. Asian Games yang diadakan di Jakarta dan Palembang sukses menarik perhatian rakyat Indonesia. Tak hanya peringkat empat yang berhasil diraih oleh atlet-atlet bangsa ini, maskot Asian Games pun mampu membuat rakyat Indonesia melupakan sejenak gegap gempita tahun politik yang sejengkal lagi kita songsong.
Keberhasilan pesta olahraga ini tak luput dari perjuangan maskot lucu dan menggemaskan ini. Bhin-Bhin si burung cendrawasih, Atung si rusa bawean dan Kaka si badak bercula satu menjelma dalam berbagai gambar dan patung menghiasi ibukota serta Palembang, tempat diselenggarakannya Asian Games ke-18 ini. Dalam ilustrasi, mereka melakukan aktivitas yang menjadi cabang olahraga pada perlombaan ini, seperti angkat besi, taekwondo, sepakbola, dan lainnya.
Bhin-Bhin Paralayang (Gambar dari @maulanagituri) |
Bhin-Bhin bersepeda (Gambar dari @maulanagituri) |
Kaka berlatih Anggar (Gambar dari @maulanagituri) |
Siapa yang tak jatuh hati dengan mereka?
Nama Bhin-Bhin, Atung dan Kaka ini diambil dari kalimat Bhinneka Tunggal Ika, memiliki arti walaupun berbeda tapi tetap satu. Bersama Bhin-Bhin, Atung dan Kaka, kita semua dijadikan satu untuk mendukung tim nasional negeri ini. Melupakan perbedaan suku, budaya, bahasa, hingga pilihan politik.
Super Store – toko penjualan suvenir Asian Games, baik di Jakarta maupun di Palembang, ludes diborong, bahkan banyak orang yang rela menunggu berbulan-bulan saat Character Land membuka kembali penjualan maskot ini dalam bentuk pre-order, termasuk saya. Bayangkan saja, pemesanan di bulan Agustus, produk baru bisa diterima di akhir Oktober, dengan harga yang tidak murah!
Siapa yang tidak makin cinta dengan mereka?
Banyak keluarga yang meluangkan waktunya berkunjung ke arena lomba untuk mengajarkan anaknya tentang olahraga, perjuangan hingga toleransi. Bagaimana para atlet berlatih keras untuk menjadi juara, tapi tak patah semangat saat belum jadi yang pertama.
Saya melihat jelas saat Asian Fest, bagaimana antrian panjang Super Store, sekadar ingin foto dengan latar patung, boneka atau poster mereka. Banyak anak yang bertanya pada orangtua mereka tentang apa yang sedang dilakukan ketiga maskot lucu ini.
Saat Asian Games berakhir, Bhin-Bhin, Atung dan Kaka ikut pensiun. Banyak hati yang merasakan kehilangan. Bandara, stasiun serta pusat keramaian ibukota dan Palembang yang semula terpampang gerak lucu mereka, perlahan hilang. Sepanjang Sudirman yang sebelumnya dihiasi dengan patung mereka sudah tiada. Semacam ditinggal saat lagi sayang-sayangnya, banyak yang mencari dimana maskot-maskot lucu tersebut disimpan.
Dekorasi Stasiun LRT Palembang yang sebentar lagi 'bersih-bersih' dari hingar-bingar Asian Games |
Mereka yang terlantar di Bandara SMB II Palembang |
Bhin-Bhin, Atung dan Kaka tak hanya berhasil menjadi maskot. Mereka berhasil mematahkan hati ribuan orang yang pernah lupa bahwa Indonesia itu satu, tergabung dalam semangat sebuah acara. Mereka berhasil mematahkan hati orang tua yang ingin membahagiakan anak mereka dengan kenangan yang mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup mereka. Mereka pun berhasil, mematahkan hati anak-anak kecil yang termotivasi olahraga dari mereka.
Dampak itu saya rasakan dalam hidup saya sendiri, bagaimana keponakan saya belajar menghafal olahraga-olahraga yang jarang dilihat seperti anggar, paralayang, hingga sepaktakraw, bagaimana gerakan pencak silat, mengapa ada yang menangis di lapangan saat Anthony Ginting tersungkur pada game point melawan Shi Yuqi, kenapa bendera Cina dikibarkan di lapangan, hingga pertanyaan kenapa patung olahraganya tak lagi ada di jalanan. Mereka pun turut berkaca-kaca ketika saya suguhkan Video perpisahan Bhin-Bhin, Atung dan Kaka.
Setelah Si Unyil, menurut saya, Bhin-Bhin Atung dan Kaka berhasil jadi karakter yang memiliki filosofi asli Indonesia. Tidak adanya lagi kartun atau cerita yang benar-benar layak untuk anak saat ini. Bhin-Bhin, Atung dan Kaka juga menunjukkan bahwa desainer grafis Indonesia mampu menciptakan sebuah maskot yang ngena di masyarakat. Maskot ini mampu menularkan semangat dan cerita tersendiri untuk anak-anak.
Bisa saja, mereka dijadikan kartun yang mengajari anak-anak mencintai olahraga, belajar ketangkasan dan bergerak cepat serta belajar mencintai hewan. Mereka dapat juga dijadikan maskot pariwisata Indonesia, agar mereka yang berkunjung lebih mudah memahami "Siapa Kita" yang selalu bung Valen Jebret teriakkan pada tiap pertandingan. Itu semua memang kembali pada kebijakan Badan Ekonomi Kreatif, apakah mau dilanjutkan (Dengan meminta izin OCA/INASGOC, mungkin) untuk 'melestarikan' kembali mereka yang hampir punah. Iya, burung cendrawasih, rusa bawean dan badak bercula satu termasuk hewan asli Indonesia yang terancam punah.
Bagaimanapun, mengajarkan anak untuk mencintai negeri ini adalah tugas kita bersama.
Bagaimanapun, mengajarkan anak untuk mencintai negeri ini adalah tugas kita bersama.
Maskot terakhir yang tersisa, Terminal 3 Ultimate Bandara Internasional Soekarno-Hatta |
Jika Bhin-Bhin, Atung dan Kaka harus benar-benar punah (baik di habitat asli maupun dalam cerita anak kami), setidaknya mereka tak hanya berhasil menjadi maskot sebuah acara. Mereka sungguh hidup di hati kami semua.
Tulisan ini hanyalah isi hati,
dari saya yang patah hati ditinggalkan mereka.
😔
Comments
Post a Comment